AGEN BOLA - Pheromone Party menjadi salah satu tren yang populer saat ini. Tren ini memungkinkan pria dan wanita untuk menemukan pasangan dengan mengendus bau keringat lawan jenis.
Alih-alih bertatap muka langsung dalam sebuah kencan buta, kini banyak yang memilih untuk mengendus pakaian yang telah dikenakan oleh calon pasangan mereka dalam upaya menemukan kecocokan antara satu sama lain. Ketika bau dari pria/wanita itu telah dirasa pas, barulah keduanya bertemu.
Untuk menghadiri sebuah pesta feromon, Anda harus terlebih dahulu memakai sebuah T-shirt katun yang sama selama tiga malam berturut-turut, tanpa menggunakan deodoran dan parfum. Kemudian Anda harus membawa T-shirt itu ke pesta dengan memasukkannya ke dalam sebuah kantong plastik transparan bernomor. Tamu pesta akan diminta untuk mengambil T-shirt dari lawan jenis lainnya di pesta itu secara acak dan mengendusnya untuk menemukan bau mana yang mereka sukai.
Tren pesta feromon sendiri pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat, namun sekarang telah menyebar ke kota-kota besar lainnya di seluruh dunia. Konsep mencari pasangan lewat bau badan dilakukan berdasarkan percobaan tahun 1995 oleh ilmuwan Swiss, Claus Wedekind. Teori dasar di balik penelitian ini adalah bahwa senyawa kimia merupakan dasar dari perilaku seksual hewan. Dan seseorang mungkin berpikir bahwa perilaku ini juga terjadi pada manusia.
Judith Prays adalah seorang seniman asal Amerika yang menggagas ide pesta feromon pada tahun 2010 lalu. Dia berpikir bahwa ada hubungan yang erat antara feromon manusia senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tubuh dan pemilihan pasangan. Namun menurut para ilmuwan RSVP, pesta feromon akan menggiring seseorang untuk tertarik secara seksual, tetapi bukan untuk menemukan cinta sejati.
"Bau menggoda mungkin hanya aka menjadi daya tarik sementara. Namun, jika tujuannya adalah menemukan pasangan sejati, sangat penting untuk mempertimbangkan indra lebih dominan yang kita gunakan dalam membuat pilihan, seperti penglihatan dan pendengaran," kata profesor Phillipp Kirsch dari Universitas Queensland kepada The Sydney Morning Herald
No comments:
Post a Comment